Minggu, 09 Januari 2011

Digital Demokrasi "Amerika berubah menjadi Republik Elektronik"



Warga negara Amerika sekali lagi menghadapi keputusan yang mendasar tentang bagaimana melaksanakan tanggung jawab mereka dalam pemilihan umum. Cara pemungutan suara melalui internet yang telah menjadi bahan perdebatan terhangat dan berkepanjangan. Seperti contohnya pada peristiwa pemilihan umum di AS pada tahun 2000 yang telah menjadi pusat perhatian jutaan warga Amerika. Teknologi inovasi dalam keamanan, identifikasi pengguna, kenyamanan dan sebagainya yang menjadi perdebatan yang berlarut-larut. Topik ini pernah dibahas dalam surat kabar dan majalah nasional pada Juli 2001. Pertumbuhan terhadap akses dan kebutuhan akan berbagai jenis informasi secara luas yang lebih dari separo abad terhadap kondisi publik Amerika yang lebih dari sekedar diskusi yang intensif dari hubungan akan teknologi dan informasi di satu sisi dan pengaruh ganda dari praktek politik. Akhirnya pejabat publik ditingkat daerah, negara bagian dan tingkat nasional harus membuka jalan bagi resolusi perdebatan yang ada karena praktek demokrasi sudah berubah.
Lawrence K. Grossman (penulis) mantan President Public Broad Casting Service and of NBC News, bukan seorang pejabat publik tetapi kata-katanya yang sangat mendalam dalam memasok informasi elektronik untuk publik Amerika. Ia melambangkan peserta besar lainnya dalam formulasi untuk setiap perubahan yang terjadi di lembaga demokratis Amerika, seperti pers yang memasok informasi.
Kemampuan Amerika untuk memiliki akses kesegala macam informasi dan memiliki hak dan kesempatan untuk menggunakannya untuk keuntungan pribadi dan kesenangan merupakan akibat langsung dari pemerintahan di sana yang memungkinkan untuk menjadi info-junkiesatau pemerintah dapat membatasi dan mempengaruhi aliran informasi dan konsekuensinya serta bagaimana menggunakannya. Memiliki sistem politik yang membatasi arus informasi dan penggunaannya seperti pada rezim otoriter dan informasi yang kurang dan ekonomi sangat berbeda serta praktek sosial. Pemimpin politik Eropa dan Asia Timur mengakui kenyataan ini. Sekarang mereka bergulat dengan isu-isu seperti bagaimana menghadapi dengan internet dan dengan informasi yang memungkinkan untuk mengalir melalui kertas dan media elektronik lainnya.
Mereka berinisiatif untuk membuat perekonomian mereka bersaing pada basis global sambil memuaskan tuntutan-tuntutan yang berkembang pada kelas menengah yang melek huruf, terdidik dan cukup makmur.
Pada hari-hari setelah pemilihan umum di AS pada bulan November 2000, tidak jelas siapa yang memenangkan suara untuk presiden di negara bagian Florida. Siapa yang menang di negara bagian akan memenangkan pemilihan umum, pemilihan cukup mengumpulkan suara terbanyak untuk dinyatakan sebagai pemenang nasional. Yang terjadi di Florida sistem kartu tidak selalu mencatat dengan jelas maksud-maksud para pemilih, sehingga terbuka kemungkinan interpretasi hasil yang tidak akurat. Konsekuensinya jelas keseluruh dunia yang telah mengikuti cerita selama dua bulan. Isu-isu kesalahan koreksi dan masalah yang dihadapi di Florida menunjukkan bagaimana orang Amerika menanggapi penggunaan teknologi.
Pada dasarnya ada tiga isu. Pertama, Florida dan banyak negara-negara bagian yang lain memungkinkan para pejabat pemilihan lokal untuk menafsirkan hasil pemungutan suara, dengan menggunakan kriteria lokal daripada standar nasional. Kedua, Amerika ingin tahu hasil pemilu dengan cepat yang bisa dilihat pada malam pemilihan atau segera setelah penghitungan kertas suara. Ketiga, pemikiran menggunakan teknologi lama seperti kartu merupakan kemunduran bagi suatu negara yang dalam operasi bisnis dan badan-badan pemerintahan telah membuang metode input data seperti dekade sebelumnya.
Pejabat publik di AS bereaksi dalam dua cara. Pertama, mereka membela penggunaan teknologi tua menjadi penyebab biaya tinggi sehingga menggunakan pendekatan yang lebih baru pada penghitungan suara menggunakan layar atau bahkan internet. Kedua, puluhan gubernur mengawasi dan menetapkan standar untuk penghitungan suara di negara bagian.
Yang harus dipahami adalah sejauh mana penggunaan teknologi dalam pemungutan suara sebelum terjadinya kegagalan dalam pemilihan karena ke depan kegunaan dan semakin luasnya penyebaran sehingga dituntut bagaimana para pejabat publik menggunakan teknologi informasi. Sekarang perhatian tertuju pada topik pemungutan suara elektronik dari peristiwa pemilihan nasional tahun 2000. Pola-pola yang lebih luas didorong oleh pertimbangan fungsi, kemudahan dalam penggunaan, biaya dan keandalan sehingga sejajar dengan bidang kehidupan yang lain dalam menggunakan teknologi informasi seperti bidang pekerjaan, rekreasi dan praktek keagamaan.
Sekitar 32 % dari semua tempat pemungutan suara di seluruh negara masih menggunakan kartu suara, 27 % menggunakan optical scanners, 18 % menggunakan mesin, 9 % menggunakan kecanggihan layar elektronik. Metode lain (misalnya kertas suara) menymbang persentase yang tersisa. Sementara penggunaan internet masih menjadi bahan diskusi tapi belum diimplementasi. Yang jadi hambatan bagi masyarakat adalah masalah teknis dan biaya yang mahal.
Ketika perhatian bangsa tertuju pada topik demokrasi biasanya pada saat pemilihan umum, ketika kampanye politik menarik minat warga Amerika untuk isu-isu kepedulian nasional, melalui liputan media dan akhirnya melalui pemungutan suara merupakan tindakan warganegara dalam berdemokrasi. Pada saat itu peran fundamental demokrasi berperan dalam kehidupan warga Amerika.
Singkatnya pengaruh pemerintah akan terlihat ketika menjawab informasi secara nasional. Dimulai pada tahun 1920-an dan berlanjut sampai sekarang, bentuk-bentuk informasi elektronik dan pengaruh dari informasi mulai mengubah peran kegiatan berpolitik.












:: www.google.com