2.1. Pengertian diksi
Dalam KBBI diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda.
Menurut Gorys Keraf (2002) pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menentukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar
2.2. Fungsi diksi
a) Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
b) Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
c) Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d) Menciptakan suasana yang tepat.
e) Mencegah perbedaan penafsiran.
f) Mencegah salah pemahaman.
g) Mengefektifkan pencapaian target komunikasi
2.3. ketetapan dan kesesuaian diksi
Pemakaian kata mencakup dua masalah pokok yaitu ketepatan dan kesesuaian.
· Ketepatan ialah hal yang menyangkut makna,logika,kesamaan maksud.
· Kesesuaian yaitu kecocokan dengan konteks social; apakah kata-kata yang dipilih atau dipakai dapat diterima oleh masyarakat,pendengar atau pembaca.Terutama yang lebih penting adalah; apakah pilihan kata yang kita pakai sudah merupakan pilihan kata yang baku.
Seandainya kita dapat memilih kata dengan tepat, maka tulisan atau pembicaraan kita akan mudah menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar. Mengetahui tepat tidaknya kata-kata yang kita gunakan, bisa dilihat dari reaksi orang yang menerima pesan kita, baik yang disampaikan secara lisan maupun tulisan.
Agar dapat memilih kata-kata yang tepat, maka ada beberapa syarat yang harus diperhatikan berikut ini :
a) Kita harus bisa membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif; bersinonim dan hampir bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya, seperti :
koorperasi-korporasi
interfensi-interferensi
b) Hindari kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata orang terkenal yang belum diterima di masyarakat.
c) Waspadalah dalam menggunaan kata-kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing, seperti :Kultur-kultural, biologi-biologis, idiom-idiomatik, strategi-strategis.
d) Kata-kata yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatik, seperti kata ingat harus ingat akan bukan ingat terhadap.
e) Kita harus membedakan kata khusus dan kata umum.
f) Kita harus memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
g) Kita harus memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
2.4. Klasifikasi Kata Berdasarkan Diksi
1. Denotatif dan Konotatif
a) Denotatif.
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual.
Contoh :
Dia membeli kambing hitam.
Kolam itu luasnya seratus meter persegi.
b) Konotatif.
Makna konotatif atau sering disebut juga makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Kata-kata yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraaan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain.
Contoh :
Dalam kasus itu,dia dijadikan kambing hitam.
Pikirannya luas sekali terhadap ilmu pengetahuan.
2. Kata Umum dan Kata Khusus
a) Kata Umum.
Kata umum adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya bersifat umum dan mencakup bidang yang luas.
Contoh :
Hewan
Tempat wisata
b) Kata Khusus.
Kata khusus adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu.
Contoh:
Kucing,kelinci,anjing.
Dufan,Taman Mini Indonesia.
3. Kata Baku dan Kata Tidak Baku
A. Kata Baku
Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan kata amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati terbentuk.
Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat. Kalimat yang secara efektif dapat dipakai untuk menyampaikan gagasan secara tepat. Tujuannya, agar intonasi tersampaikan secara baik.
B. Kata Tidak Baku
Kata tidak baku adalah kata yang tidak mengikuti kaidah bahasa yang berlaku.
Kaidah atau peraturan dalam bahasa Indonesia meliputi :
a. Buku pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
b. Kamus besar Bahasa Indonesia.
c. Buku tata bahasa baku Bahasa Indonesia.
Contoh:
Baku Tidak Baku
Apotek Apotik
Atlet Atlit
Bus Bis
Disahkan Disyahkan
Mengubah Merubah
4. Kata Konkrit dan Kata Abstrak
Kata yang acuannya semakin ‘mudah diserap pancaindra’ disebut kata konkrit.
Contoh : meja, rumah, mobil, air, cantik.
Jika acuannya sebuah kata ‘tidak mudah diserap pancaindra’, kata itu disebut kata abstrak.
Contoh: ide, gagasan, angan-angan, kehendak dan perdamaian.
Kata abstrak digunakan untuk menggungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkrit mempunyai referensi objek yang dapat diamati. Pemakaian dalam penulisan bergantung pada jenis dan tujuan penulisan.Uraian sebuah konsep biasanya diawali dengan detil yang menggunakan kata abstrak dilanjutkan dengan detil yang menggunakan kata konkrit.
Contoh:
APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen (kata konkrit)
Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak. (tidak berwujud atau tidak berbentuk).
5. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaianya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengonkritkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.
Contoh:
agung = besar = raya.
mati = wafat = meninggal
5. Antonim
Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata.
Contoh:
keras >< lembek
naik >< turun
kaya >< miskin
surga >< neraka
laki-laki >< perempuan
atas >< bawah
6. Homonim
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya sama.
Contoh:
Bu Andi bisa membuat program perangkat lunak komputer dengan berbagai bahasa pemrograman (bisa = mampu).
Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun).
7. Homofon
Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya berbeda.
Contoh:
- Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu).
- Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa (massa = masyarakat umum).
8. Homograf
Homograf adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang beda, dan ejaannya sama.
Contoh:
- Bapak dia seorang pejabat teras pemerintahan yang menjadi tersangka korupsi.(teras= pejabat tinggi).
- Kami tidur di teras karena kunci rumah dibawa oleh Andi (teras = bagian rumah).
9. Polisemi
Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian.
Contoh:
- Tiap kepala harus membayar upeti kepada ki joko. (kepala berarti individu).
- Kepala anak kecil itu besar sekali karena terkena penyakit hidrosepalus. (kepala berarti bagian tubuh manusia yang ada di atas).
10. Hipernim dan Hiponim
Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya. Sedangkan hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim. Umumnya kata-kata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim merupakan anggota dari kata hipernim.
Contoh :
Hipernim : Ikan
Hiponim : Lumba-lumba, tenggiri, hiu, betok, mujaer, sepat, cere, teri, sarden, pari, mas, nila
2.5. Penerapan Diksi
a) Kata dan gagasan
Dalam berkomunikasi , setiap orang menggunakan kata (bahasa). Istilah kata bisa digunakan oleh para tatabahasawan tradisional. Menurut mereka, kata adalah satuan bahasan yang memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti.
Yang paling penting dari rangkaian kata-kata itu adalah pengertian yang tersirat di balik kata-kata yang digunakan. Setiap orang yang terlibat dalam berkomunikasi harus saling memahami atau saling mengerti, baik pembicara maupun pendengar.Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung makna bahwa tiap kata mengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Dengan kata lain, kata adalah media yang digunakan untuk menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain.
Menurut Keraf (2002:21) ”Kata-kata ibarat pakaian yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki “jiwa”. Setiap anggota masyarakat harus mengetahui “jiwa”, agar ia dapat menggerakkan orang lain dengan “jiwa” dari kata-kata yang dapat digunakannya.
Kata dengan gagasan mempunyai hubungan ketergantungan. Orang yang mempunyai banyak gagasan pasti mempunyai banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak ide atau gagasan yang bisa diungkapkannya. Orang yang banyak menguasasi kosakata akan merasa mudah dan lancar berkomunikasi dengan orang, lain. Sering kita tidak memahami pembicaraan orang lain, karena kita tidak atau kurang menguasai kata-kata atau gagasan seperti yang dikuasai oleh pembicara.
b) Diksi dalam kalimat.
Diksi dalam kalimat adalah pilihan kata yang tepat untuk ditempatkan dalam kalimat sesuai makna, kesesuaian, kesopanan, dan bisa mewakili maksud atau gagasan. Makna kata itu secara leksikal banyak yang sama, tetapi penggunaanya tidak sama. Seperti kata penelitian, penyelidikan. Kata-kata tersebut bersinonim (mempunyai arti yang sama), tetapi tidak bisa ditempatkan dalam kalimat yang sama.
Contoh dalam kalimat :
- Mahasiswa tingkat akhir harus mengadakan penelitian untuk membuat karya ilmiah sebagai tugas akhir dalam studinya.
- Penyelidikan kasus penggelapan uang negara sudah dimulai.
Kedua kata dalam kalimat-kalimat itu tidak bisa ditukar. Seandainya ditukar, tidak akan sesuai sehingga akan membingungkan pendengar atau pembaca.
Dari segi kesopanan, kata mati, meninggal, gugur, mangkat, wafat,dipilih berdasarkan jenis mahluk, tingkat sosial, dan waktu.
Contoh :
Kucing saya mati setelah makan ikan busuk.
Ayahnya meninggal tadi malam.
Pahlawanku gugur di medan laga.
Beliau wafat 1425H.
2.6. Kesalahan diksi
Kesalahan diksi ini meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kesalahan pemakaian kata.
1) Pemakaian Kata Tidak Tepat.
Ada beberapa kata yang digunakan secara tidak tepat. Kata dari atau daripada sering digunakan secara tidak tepat, seperti yang terdapat dalam contoh berikut :
Hasil daripada penjualan saham akan digunakan untuk memperluas Bidang Usaha.
Kalimat diatas itu seharusnya tanpa kata daripada karena kata daripada digunakan untuk membandingkan dua hal. Misalnya :
Tulisan itu lebih baik daripada tulisan saya.
2) Pemakaian Kata Berpasangan
Ada sejumlah kata yang pemakaiannya berpasangan (disebut juga konjungsi korelatifa), seperti ; baik … maupun …, bukan … melainkan …, tidak … tetapi …, antara … dan ….
Di dalam contoh-contoh berikut dikemukakan pemakaian kata berpasangan secara tidak tepat :
Baik pedagang ataupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
Perbaikan :
Baik pedagang maupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
3) Pemakaian Dua Kata
Didalam kenyataan terdapat pemakaian dua kata yang makna dan fungsi kurang lebih sama. Seperti pada contoh berikut :
Pemakaian dua kata yang tidak benar
Peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah merupakan kewajiban kita semua.
Perbaikan :
Peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah tugas kita bersama.
4) Kesalahan Ejaan
Di dalam kenyataan pemakaian bahasa masih banyak kesalahan bahasa yang disebabkan oleh kesalahan penerapan ejaan, terutama tanda baca. Penyebabnya antara lain ialah adanya perbedaan konsepsi pengertian tanda baca di dalam ejaan sebelumnya dengan ejaan yang berlaku sekarang.
Di dalam ejaan sebelumnya tanda baca diartikan sebagai tanda bagaimana seharusnya membaca tulisan. Misalnya, tanda koma merupakan tempat perhentian sebentar (jeda) dan tanda tanya menandakan intonasi naik. Hal seperti itu sekarang tidak seluruhnya dapat dipertahankan.
Berikut dikemukakan beberapa kesalahan bahasa yang disebabkan oleh kesalahan pemakaian tanda baca, khususnya tanda baca koma.
a. Tanda Koma di antara Subjek dan Predikat
Ada kecenderungan penulis menggunakan tanda koma di antara subjek dan predikat kalimat jika nomina subjek mempunyai keterangan yang panjang. Pemakaian tanda koma itu tidak benar karena subjek tidak dipisahkan oleh tanda koma dari predikat kecuali pasangan tanda koma yang mengapit keterangan tambahan atau aposisi.
Contoh:
Mahasiswa yang akan mengikuti ujian negara, diharap mendaftarkan diri di sekretariat.
Tanah bekas hak guna usaha yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut, akan ditetapkan kemudian pengaturannya.
b. Tanda Koma di antara Keterangan dan Subjek
Selain subjek, keterangan kalimat yang panjang dan yang menempati posisi awal juga sering dipisahkan oleh tanda koma dari subjek kalimat. Padahal, meskipun panjang, keterangan itu bukan anak kalimat. Oleh karena itu pemakaian tanda koma seperti itu juga tidak benar, seperti terlihat dalam contoh berikut :
Dalam suatu pernyataan singkat di kantornya, pengusaha itu membantah bekerjasama dengan penyelundup.
Untuk keperluan belanja sehari-hari, mereka masih bergantung pada orang tuanya.
3.1. Kesimpulan
Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.Diksi memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai. Hal ini sesuai dengan fungsi diksi dalam menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
Pilihan kata yang dimaksud dalam diksi itu sendiri diantaranya adalah denotatif dan konotatif,sinonim,antonim,kata umum dan kata khusus dan hal lainnya yang telah diuraikan sebelumnya dalam makalah ini.
3.2. Saran
Sebagai warga negara Indonesia kita harus menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dan juga menggunakan pilihan kata yang tepat ketika kita menulis dan berbicara. Karena jika tidak menggunakan pilihan kata yang baik maka orang lain mungkin tidak akan mengerti apa yang kita maksud.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Diksi
http://agustinadewic.blogspot.com/2010/01/kata-baku-dan-tidak-baku.html
http://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/makna/
http://kata-baku-kata-baku.blogspot.com/
http://yonocuex.blogspot.com/2008/01/makalah-bahasa-indonesia.html